Galau itu penyebabnya banyak hal, mulai dari efek menonton film romansa, efek mendengarkan lagu "Orang ke 3 " HiVi, sampai galau karena menonton animal videos di Youtube. Pemicu galau tiap orang kan beda-beda.
Tapi, ada beberapa hal remeh temeh,yang entah kenapa memiliki efek pasti berupa perasaan galau ketika hal tersebut dilakukan. Bagi gue, salah satu hal tersebut adalah membaca DM twitter 4 tahun lalu.
4 Tahun lalu, 22 Februari 2014 tepatnya, gue pernah nge DM salah satu temen deket gue dari jaman masih cupu dan kencing masih kemana-mana. Opal namanya. Opal ini adalah jenis temen pendiem yang ada dilingkaran pertemanan orang kebanyakan, Karena itu, orang-orang disekitarnya menjadi terbiasa curhat dengannya, karena yakin bahwa rahasianya tidak akan menyebar kemana-mana. Pokoknya, kerahasiaan cerita terjamin sepenuhnya.
Waktu itu, gue masih berada di kelas 12 SMA, yang seharusnya ngurusin ujian dan universitas, tapi malah kehilangan fokus dan lagi ngejar-ngejar adek kelas. Adek kelas yang gue sukai waktu itu masih di kelas 10, dan karena ini adalah masa-masa terakhir gue di SMA, gue berharap kalau adek kelas ini bakal jadi pacar gue, dan setidaknya bakalan foto bareng ketika gue diwisuda kelak.
Ngarepnya sih gitu.
Tapi ternyata hidup memang tidak seindah imajinasi.
Setelah melalui pdkt yang lama dan hati-hati, gue merasa bahwa bukan gue yang dia suka, kalau sebenernya dia suka sama anak kelas 12 lainnya, kalau sebenernya bukan gue yang ada di pikirannya. dengan berat hati dan bercucuran air mata, gue akhirnya mundur perlahan dari dia.
Tapi, ada beberapa hal remeh temeh,yang entah kenapa memiliki efek pasti berupa perasaan galau ketika hal tersebut dilakukan. Bagi gue, salah satu hal tersebut adalah membaca DM twitter 4 tahun lalu.
4 Tahun lalu, 22 Februari 2014 tepatnya, gue pernah nge DM salah satu temen deket gue dari jaman masih cupu dan kencing masih kemana-mana. Opal namanya. Opal ini adalah jenis temen pendiem yang ada dilingkaran pertemanan orang kebanyakan, Karena itu, orang-orang disekitarnya menjadi terbiasa curhat dengannya, karena yakin bahwa rahasianya tidak akan menyebar kemana-mana. Pokoknya, kerahasiaan cerita terjamin sepenuhnya.
Waktu itu, gue masih berada di kelas 12 SMA, yang seharusnya ngurusin ujian dan universitas, tapi malah kehilangan fokus dan lagi ngejar-ngejar adek kelas. Adek kelas yang gue sukai waktu itu masih di kelas 10, dan karena ini adalah masa-masa terakhir gue di SMA, gue berharap kalau adek kelas ini bakal jadi pacar gue, dan setidaknya bakalan foto bareng ketika gue diwisuda kelak.
Ngarepnya sih gitu.
Tapi ternyata hidup memang tidak seindah imajinasi.
Setelah melalui pdkt yang lama dan hati-hati, gue merasa bahwa bukan gue yang dia suka, kalau sebenernya dia suka sama anak kelas 12 lainnya, kalau sebenernya bukan gue yang ada di pikirannya. dengan berat hati dan bercucuran air mata, gue akhirnya mundur perlahan dari dia.
Merelakan diri sendiri tidak punya pacar di waktu wisuda ternyata menyebalkan juga,
4 Tahun berikutnya, 4 Tahun 5 bulan 4 hari kemudian, tepatnya 27 September 2018,gue menulis postingan tentang dia di blog ini. Dalam rentang waktu tersebut, banyak yang berubah, gue yang sekarang berkuliah di Solo, Opal yang dulu pendiem sekarang punya barisan mantan yang bejibun, sedangkan adek kelas yang gue sukai dulu juga sudah berkuliah di salah satu kota besar di Jawa Tengah. Waktu yang tidak sebentar itu telah mendorong kami ke tempat kami sekarang, tempat yang bagi diriku-dimasa-lalu tidak pernah membayangkannya.
4 Tahun berikutnya, 4 Tahun 5 bulan 4 hari kemudian, tepatnya 27 September 2018,gue menulis postingan tentang dia di blog ini. Dalam rentang waktu tersebut, banyak yang berubah, gue yang sekarang berkuliah di Solo, Opal yang dulu pendiem sekarang punya barisan mantan yang bejibun, sedangkan adek kelas yang gue sukai dulu juga sudah berkuliah di salah satu kota besar di Jawa Tengah. Waktu yang tidak sebentar itu telah mendorong kami ke tempat kami sekarang, tempat yang bagi diriku-dimasa-lalu tidak pernah membayangkannya.
03 Juli 2020.
Tulisan di atas adalah tulisan di kolom draf blog ini di tanggal 28 September 2018. Hampir dua tahun berlalu semenjak tulisan ini terakhir diedit. Aku iseng-iseng melihatnya karena emang lagi buntu masalah skripsi dan kayaknya enak kalau misalnya cari pelampiasan lewat bikin tulisan di blog.
Waktu pengen baca tulisan-tulisanku jaman dulu, aku berhenti di tulisan ini. Kubaca pelan, dan kuperhatikan kata demi kata. Harusnya udah selesai dan bisa dinaikkin lho, ini. Tapi kenapa malah ga kuaplot ya?
Kubaca lagi kata perkata, redaksi dalam tiap paragraf yang ada. Meski mungkin masih memiliki beberapa paragraf penutup, harusnya tulisan ini bisa diaplot tanpa masalah berarti.
Saat menulis bagian ini pun, aku kepikiran buat ngasih tambahan beberapa kata atau kalimat supaya tulisan di atas bisa punya penutup yang lebih menancap. Setidaknya tidak terlalu menggantung supaya pembaca punya gambaran jelas apa yang terjadi setelah kejadian tersebut.
Masalahnya, ini udah dua tahun yang lalu. Emosi yang dulu kurasakan pas nulis postingan ini udah hilang sama sekali. Yang pasti saat aku menulis tulisan diatas, perasaan yang muncul pastiah perasaan galau, tapi ngapain aku galau sama suatu kejadian yang udah bertahun-tahun lewat?
Dari keambiguan dan kebimbangan yang muncul, ada yang bisa kuaminin dari tulisanku di dua tahun lalu. Bahwa waktu, cepat atau lambat akan membawa orang-orang pergi. Jauh melaju meninggalkan bekas luka di masa lampau. Menutup luka yang dulu telah menganga. Memberi waktu pada hati yang dulu merana untuk memulihkan perasaan yang telah terkoyak. Meski pada akhirnya bekas luka yang nanti muncul akan mengubah pandangan dan sikap kita, setidaknya hati sudah dalam keadaan jauh lebih baik dibanding saat luka itu menggores hati.
Kayaknya sih gitu.
Komentar
Posting Komentar